Proses pengolahan kopi tradisional ternyata masih banyak dipakai sampai sekarang loh, meskipun teknologi udah makin canggih. Soalnya, cara ini menghasilkan rasa kopi yang khas dan alami banget.
Buat kamu yang baru nyemplung ke dunia kopi, penting banget buat kenal gimana sih proses manual yang satu ini. Karena dari sinilah semua rasa otentik kopi Indonesia berasal.
Yuk, kita bahas satu per satu langkahnya, mulai dari panen sampai jadi biji kopi kering yang siap digiling. Serius deh, proses ini seru dan penuh makna!
Panen Kopi Manual, Lebih Teliti
Proses pertama dimulai dari panen buah kopi. Di metode tradisional, semua dilakukan manual alias petik tangan satu per satu.
Buah kopi yang dipanen biasanya yang udah matang sempurna, ditandai warnanya merah merona. Kalau masih hijau atau terlalu matang biasanya dipisah.
Ini penting banget karena buah yang dipanen mempengaruhi rasa akhir dari kopi. Semakin selektif, semakin bagus rasa kopinya nanti.
Sortasi Ala Tradisional Tetap Ampuh
Setelah dipanen, biji kopi disortir pakai tangan. Biasanya ibu-ibu duduk rame-rame sambil milihin buah yang busuk atau nggak layak.
Proses ini memang makan waktu, tapi hasilnya lebih presisi loh. Mata manusia bisa bedain mana buah yang kualitasnya bagus.
Selain itu, sortasi manual juga jadi ajang ngobrol bareng petani kopi lainnya. Jadi sambil kerja, tetap hangat suasananya.
Pengupasan Kulit Pakai Alat Sederhana
Selanjutnya, buah kopi dikupas kulitnya. Di desa-desa, alat yang dipakai biasanya masih manual seperti penggiling kayu atau besi tua.
Biji yang udah terpisah dari kulitnya lalu direndam di ember besar atau kolam kecil buat fermentasi alami. Nah, ini butuh waktu 1 sampai 2 hari.
Fermentasi ini penting buat bersihin sisa lendir di biji kopi. Dan percaya nggak, cara tradisional kayak gini justru bisa hasilkan rasa kopi yang khas banget!
Pengeringan di Terik Matahari
Setelah difermentasi, biji kopi dicuci bersih lalu dijemur di halaman. Biasanya dihamparin di atas tikar atau terpal.
Mereka dijemur selama 1-2 minggu tergantung cuaca. Setiap hari harus dibolak-balik biar keringnya merata dan nggak berjamur.
Ini bagian yang paling makan waktu, tapi juga jadi momen penting. Karena dari sinilah biji kopi bisa bertahan lama dan siap disimpan.
Penggilingan Tradisional Pakai Lesung
Kalau udah kering, biji kopi dikupas kulit arinya. Biasanya pakai lesung besar dari kayu, ditumbuk rame-rame sambil ngobrol.
Hasil tumbukan itu disaring manual buat misahin kulit dan biji. Kadang butuh tenaga ekstra, tapi hasilnya bikin bangga loh.
Biji kopi yang udah bersih kemudian disangrai pakai wajan tanah liat di atas tungku kayu bakar. Ini yang bikin aroma kopinya beda banget!
Sangrai Tradisional Bikin Rasa Khas
Waktu sangrai ini nggak bisa sembarangan. Biasanya ditentukan pakai feeling dan pengalaman turun-temurun. Unik banget, kan?
Api yang dipakai juga api kayu, jadi rasa smokey-nya lebih dapet. Aromanya tuh bisa langsung nyebar ke seluruh rumah.
Setelah matang, biji digiling pakai alat manual juga. Hasil akhirnya jadi bubuk kopi siap seduh yang punya rasa klasik nan nikmat.
Kesimpulan
Jadi, pengolahan kopi tradisional itu bukan cuma soal hasil akhir, tapi juga soal proses, kebersamaan, dan warisan budaya.
Setiap langkahnya punya nilai dan cerita sendiri yang udah diwariskan turun-temurun oleh para petani kopi kita.
Kalau kamu penggemar kopi sejati, cobain deh belajar langsung ke desa penghasil kopi. Rasanya bakal beda banget dari yang biasa kamu minum di kafe.